Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog Kami

Wednesday 28 December 2011

Pengaruh Bimbingan Keagaaman Orang Tua Terhadap Ketaatan Beribadah Anak Pada Siswa

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Ketika seorang anak pertama kali lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam hidupnya di dunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala bentuk apa saja yang datang mempengaruhinya. Maka anak akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang datang dalam dirinya. Imam Al-Ghazali berkata : Anak adalah amanat bagi orang tuanya, hatinya bersih, suci dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan selalu menerima segala yang diukirnya, dan akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Maka apabila anak dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscanya anak akan tumbuh dan terbentuk secara baik. Sehingga kedua orang tuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, begitu juga sebaliknya jika anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan diterlantarkan, maka dosanya akan ditanggung oleh kedua orang  tuanya ( Muhammad Nur Abdul Hafizh,1997:35).
Orang tua yang memberikan pendidikan agama kepada anak terutama dalam beribadah melalui perhatian, pembiasaan dan keteladanan akan lebih mudah diterima oleh anak daripada anak dididik dengan kekerasan dan orang tua sama sekali tidak memberikan pembiasaan dan keteladanan, maka anak akan rajin dan taat hanya waktu di rumah ketika dalam pengawasan orang tua. Setelah di luar rumah maka anak akan seenaknya dalam menjalankan ibadah. Dengan pembiasaan dan keteladanan orang tua dalam mengerjakan ibadah, baik itu sholat, berpuasa, membaca Al-Qur’an, shodaqoh (infaq, zakat) dan lain sebagainya, maka anak akan dengan sendirinya taat dalam beribadah. Taat bukan berarti mengerjakan kebaikan (ibadah) jika ada orang tua atau orang yang ditakuti akan tetapi mengerjakan ibadah sadar dengan sendirinya, dengan hati nuraninya dan dengan niat ikhlas.
Dengan latar belakang pada uraian di atas penulis mencoba mengadakan penelitian yang berjudul, "Pengaruh Bimbingan Keagaaman Orang Tua Terhadap Ketaatan Beribadah Anak Pada Siswa MI Negeri Sedan Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2006/2007" Sebagai subjek pembahasanya.

B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana bimbingan keagamaan orang tua terhadap anak dan ketaatan anak dalam beribadah pada siswa MIN Sedan Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2006/2007 ?
2.    Sejauhmana tingkat ketaatan beribadah anak pada siswa MIN Sedan Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2006/2007 ?
3.    Adakah pengaruh antara bimbingan keagaaman orang tua terhadap ketaatan beribadah anak pada siswa MIN Sedan Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2006/2007 ?
C.    Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengetahui bimbingan keagamaan orang tua pengaruhnya terhadap  ketaatan beribadah anak pada siswa MIN Sedan Kabupaten Rembang  Tahun pelajaran 2006/2007.
2.    Untuk mengetahui tingkat ketaatan beribadah anak pada siswa MIN Sedan Kabupaten Rembang Tahun pelajaran 2006/2007.
3.    Untuk mengetahui hubungan keagaaman orang tua pengaruhnya terhadap  ketaatan beribadah  anak pada siswa MIN Sedan Kabupaten Rembang Tahun pelajaran 2006/2007.

D.    Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini penulis berharap hasilnya akan memberikan kegunaan sebagai berikut:
1.    Untuk menambah pandangan dan wawasan orang tua, calon orang tua dan kita semua dalam mengetahui tingkat ketaatan beribadah anak
2.    Untuk menambah bekal pada orang tua, calon orang tua dan kita semua dalam melaksanakan pendidikan dan bimbigan dalam agama.
3.    Diharapkan dapat memberikan sumbangan di dunia pendidikan Islam terutama pendidikan akhlak dalam beribadah.
E.    Hipotesis Penelitian
Hipotesa merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya dengan riset, oleh karena itu hipotesis adalah “dugaan yang mungkin benar dan mungkin salah” ( Kartini Kartono,1990:78). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah "Adanya pengaruh Antara Bimbingan Keagamaan Orang Tua Terhadap Ketaatan beribadah Anak Pada Siswa MIN Sedan Kabupaten Rembang Tahun pelajaran 2006/2007.

F.    Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantiatif, untuk itu diperlukan suatu metode dan cara dalam memperoleh data yang akan diuraikan dalam pembahasan serta analisis selanjutnya. Data selain diperoleh dari data perpustakaan, juga diperoleh dari hasil observasi langsung di lapangan.
Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurnaan dari pembinaan anak. Karena nilai ibadah yang didapat oleh anak akan dapat menambah keyakinan akan kebenaran ajarannya. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ibadah yang dilakukan anak bisa dikatakan sebagai cerminan atau bukti nyata dari aqidahnya.
Ketaatan anak dalam menjalankan ibadahnya sangat dipengaruhi oleh bimbingan agama orang tuanya. Jika pengetahuan dan pemahaman agama orang tuanya tinggi, maka akan dididik dengan sungguh-sungguh sehingga anak akan dengan sendirinya rajin dan taat dalam menjalankan ibadahnya, akan sangat berbeda dengan orang tua yang pendidikan agamanya rendah, dimungkinkan orang tua tersebut tidak peduli atau acuh tak acuh dengan ketaatan anaknya dalam menjalankan ibadah.
Dalam Islam penyampaian rasa agama dimulai sejak pertemuan ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan do'a kepada Allah. Selanjutnya memanjatkan do'a dan harapan kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak yang shaleh.
Bagitu anak lahir, dibisikkan ditelinganya kalimat adzan dan iqamah, dengan harapan kata-kata thayyibah itulah yang pertama kali terdengar oleh anak, kemudian ia akan berulang kali mendengarnya, setiap waktu shalat tiba. Kalimat-kalimat thayyibah dan yang lainnya yang berisikan jiwa agama akan sering didengar oleh anak melalui ibunya, waktu ia disusukan, dimandikan, diganti pakaian dan ditidurkan oleh ibunya. Pengalaman-pengalaman yamg seperti itu akan menyuburkan tumbuhnya rasa agama di dalam jiwa anak, dan akan tetap hidup di dalam jiwanya. Jika ia melihat ibu dan bapaknya shalat, mengaji atau mengamalkan ibadah yang lain, maka ia pun akan menyerap apa yang dilihatnya itu, lebih-lebih lagi jika disertai dengan kata-kata yang bernafaskan agama. Setelah anak mencapai umur dua tahunan, barangkali anak mulai meniru ibu atau bapaknya shalat, berdoa, mengaji dan mengucapkan kata-kata yang dapat ditirunya.
Agama bukan ibadah saja. Agama mengatur seluruh segi kehidupan, semua penampilan ibu bapak dalam kehidupan sehari-hari yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama, disamping latihan dan pembiasaan tentang agama perlu di tanamkan sejak anak masih kecil, sesuai pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan, latihan dan pembiasaan keagamaan waktu kecilnya, maka anak tidak akan taat terhadap ajaran agama bahkan acuh atau anti agama (Zakiah Daradjat,1995:64).
Perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya, akan mempengaruhi keyakinan beragamanya dikemudian hari. Apabila ia merasa di sayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap agama dan nilai-nilai menjauhi apa yang diharapkan orang tuanya, mungkin ia tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, tidak shalat tidak puasa dan sebagainya.
Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik buruknya anak. Jika pendidik jujur dapat dipercaya, berakhlak mulia dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangana dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak yang mulia dan dalam sikap yang menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Dan jika pendidik bohong, durhaka, kikir, penakut, maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, dusta, kikir, penakut dan hina.
Anak, bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, bagaimanapun suci (fitrah), ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama ia tidak melihat sang pendidik (oarang tua) sebagai teladan (Abdulah Nashih Ulwan,1981:2).
Ketika anak masih kecil harus dibiasakan menjalankan shalat, puasa beberapa hari pada bulan Ramadhan. Jika anak kuat dan mampu, orang tua mengajaknya pula menjalankan ibadah haji. Begitu juga, anak dibiasakan mengeluarkan infak, shodaqoh meskipun tidak banyak, ia terbiasakan mengeluarkan zakat pada usia mukallaf, jika ada kesempatan orang tua hendaknya mengajak anak menghadiri majelis-majelis ta’lim. Dan semuanya ini tidak akan berhasil jika orang tua sebagai pendidik hanya memerintah dengan ucapan tanpa adanya penerapan dan keteladanan dari orang tua.
Adapun yang menjadi indikator Bimbingan Agama Islam dalam keluarga :
1.    Membimbing dalam belajar agama Islam:
a.    Membimbing anak untuk melaksanakan sholat
b.    Membimbing anak untuk membaca Al-Qur’an
c.    Membimbing anak tentang akhlak
-    Memberikan keteladan
-    Memberikan contoh yang baik
-    Membimbing perilaku yang baik
d.    Membimbing anak untuk melaksanakan puasa wajib dan sunah.
2.    Memberi pujian atau hadiah pada anak apabila:
a.    Rajin dalam mengerjakan ibadah sholat, puasa dan rajin dalam membaca Al-Qur’an.
b.    Mengerjakan hal-hal yang positif, yang baik.
3.    Memberi hukuman secara bertahap apabila anak melakukan kesalahan
4.    Menyediakan fasilitas, yaitu dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak yang berkaitan dengan keagamaan.
Sedangkan yang menjadi indikator ketaatan beribadah anak adalah:
1.    Melaksanakan sholat fardhu tepat pada waktunya
2.    Selalu berdoa setelah melakasanakan sholat
3.    Membaca Al-Qur'an setelah sholat maghrib
4.    Melakasanakan puasa baik fardhu maupun sunnah
5.    Taat dan berbakti kepada orang tua.
6.    Berperilaku yang baik
7.    Mengeluarkan infaq, shodaqoh, zakat

G.    Definisi Istilah 
Untuk menghindari salah tafsir dalam memahami judul di atas, maka perlu adanya pembatasan dan penjelasan istilah terlebih dahulu dengan judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut:
1.    Bimbingan
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya ( Bimo Walgito,1993:4).
2.    Keagamaan
Keagaamaan berasal dari kata "agama" yang berarti segenap kepercayaan, serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu ( WJS, Poerwadarminto,1982:18). Sedangkan keagamaan berarti sifat yang berhubungan dengan agama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan keagamaan berarti suatu usaha memimpin yang mengharap pada hal-hal yang bersifat agama.
3.    Orang Tua
Orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya) ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:629).
4.    Ketaatan
Berasal dari kata taat yang artinya senantiasa menurut (kepada Tuhan, pemerintah, dan sebagainya). Taat berarti juga patuh kepada nabi Muhammad SAW, patuh kepada ajaran Islam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
5. Ibadah
Ibadah menurut ahli fiqh adalah apa yang dikerjakan untuk mendapatkan keridhoan Alloh SWT dan mengharap pahala di akhirat (Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama IAIN,1983:3).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah SWT, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

 Ingin mendapatkan bab berikut hubungi 081553443171

No comments:

Post a Comment