Terima Kasih Atas Kunjungan Anda di Blog Kami

Wednesday 28 December 2011

NILAI-NILAI DASAR PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL QUR'AN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan oleh Allah kepada manusia melalui Nabi Muhammd SAW sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi saja, akan tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia. (Nasution, 1985 : 24). Salah satu diantaranya yaitu mengatur interaksi antar individu dan masyarakat. Di dalam interaksi tersebut akan terjadi komunikasi antar individu yang mana akan mewujudkan berbagai perilaku, baik itu perilaku positif maupun perilaku negatif. Perilaku positif itu sendiri sering disebut dengan akhlak mahmudah sedangkan perilaku negatif sering disebut sebagai akhlak madznumah.
Akhlak merupakan suatu perilaku yang selalu berkaitan dengan nilai baik dan buruk. Cermin akhlak seorang muslim itu mempunyai perilaku yang mengandung etika luhur, akhlak mulia, sopan santun atau tata krama. (Hawwa, 2000;8). Dimana telah diketahui bahwa misi utama Rasulullah adalah menegakkan akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. Sabda Rasulullah SAW :
إنما بعثت لأتمم صالح الأ خلاق
Artinya : "Sesunggunya saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia " (HR. Ahmad, 1991; 323).

Dalam Islam Nabi Muhammad SAW merupakan figur keteladanan yang paling tinggi. Sabda Nabi Muhammad SAW dalam kitab Al-Jami' Al-Shaghir :


Artinya :"Tuhanku telah mendidikku, maka Dia memberikan pendidikan terbaik untukku". (As-Suyuthi, 1990;25)
Hadits ini menyatakan bahwa Allah SWT telah mendidik Nabi Muhammad SAW sehingga beliau mendapat pendidikan yang balk. Maka kita selalu berpegang teguh pada ajaran Al-Qur'an agar menjadi orang yang berakhlak dan selamat dunia dan akhirat.
Akhlak mempunyai kedudukan yang sentral dalarn kehidupan sehari-hari manusia, baik itu secara individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Akhlak mempunyai daya cakup yang sangat luas dalam seluruh aspek kehidupan, diantaranya yaitu akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap Rasulullah, akhlak pribadi, akhlak dalam keluarga, akhlak dala bermasyarakat dan akhlak bernegara. (Ilyas, 1999;6).
Apabila manusia telah memiliki akhlak yang mulia berarti seseorang telah mencapai tingkat kesempurnaan. Sesuai dengan hadist Nabi :
اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلقا
Artinya : "Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik imannya" (HR. Turmudzi, Abdu Ar-Rahman, 1995;225).

Para remaja adalah generasi penerus masa depan bangsa dan negara. Apabila generasi muda di suatu bangsa itu sudah buruk akhlaknya maka runtuhlah atau rusaklah negara itu. Sesuai dengan tulisan penyair besar Syauqi yang berbunyi "Suatu bangsa itu tetap hidup selama akhlaknya tetap baik, bila akhlak mereka sudah rusak, maka simalah bangsa itu." (Al¬Abrasyi, 1970;104).
Dilihat dari kedudukan akhlak yang sangat sentral dalam kehidupan manusia maka pendidikan akhlak harus diterapkan pada setiap keluarga. Sebab keluarga merupakan pendidikan yang utama dan pertama bagi anak dari keluarga pula generasi penerus itu muncul.
Melihat fenomena sekarang, diakui atau tidak diakui terjadinya krisis akhlak ini disinyalir dari indikator kegagalan sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang ada hanyalah mengedepankan pada kognitifnya saja. Artinya, penguasaan materi suatu pelajaran menjadi hal yang paling dominan dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan sisi lain yaitu efektif dan psikomotoriknya kurang mendapat perhatian. Akibatnya hati mereka menjadi keropos dari nilai-nilai ruhiyat.
Mungkin Edy Wibowo mengemukakan bahwa merosotnya pendidikan itu disebabkan karena k-urangnya perhatian peerintah akan pentingnya pendidikan, selain karena keterbatasan penyediaan saran prasarana pendidikan, rendahnya mutu, kesejahteraan dan kekurangan tenaga kependidikan yang profesional, serta kurang relevannya antara tamatan pendidikan, kualitas atau standar kompetensi dan kebutuhan usaha atau industri. Hal ini dapat dilihat dari data guru di Jawa Tengah yaitu pendidikan guru SMU Negeri dan swasta kurang lebih 27.000 orang, 35% berpendidikan bukan sarjana keguruan. Guru SMK dan swasta kurang lebih 6.000 orang. 40% bukan sarjana pendidikan. Guru SUP negeri dan swasta kurang lebih 62.500 orang, 50% berpendidikan D3 keguruan, sarjana muda pendidikan, dan sarjana pendidikan. Guru SD negeri dan swasta kurang lebih 163.750 orang, yang berpendidikan SUP, SLTA non keguruan, dan DI keguruan kurang lebih 36% (Suara Merdeka, 2003:6)
Pernyataan tersebut menunjukkan, bahwa kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di Jawa Tengah masih kurang, karena persentasi guru yang kualifikasi ijasahnya belum menggambarkan kewenangan menjadi pendidik lebih tinggi daripada persentasi guru yang memenuhi persyaratan menjadi pendidik. Akibatnya sumber daya manusia menjadi kurang berkualias dan banyak terjadi pelanggaran nilai moral dan etik.
Sekarang ini banyak ditemui orang-orang yang melakukan penyimpangan dengan tindak kekerasan dan kriminalitas, baik itu berada di lingkungan kehiarga maupun di luar lingkungan keluarga. Hal ini sering dilihat dengan terjadinya pemerkosaan, pembunuhan, penganiayaan dan lain sebagainya. Tindakan kriminal tersebut tidak memandang keluarga dan bahkan orangtua kandung yang menjadi sasaran tindak kekerasan dari orang- orang maupun anak-anak yang tidak tahu balas budi. Seperti yang telah dimuat dalam majalah Liberty Edisi 2188 tanggal 21 sampai 29 Pebruari disini diberitakan bahwa pada hari Kamis, 5 Pebruari 2004 tepatnya setelah waktu maghrib. Seorang anak telah membunuh ayah kandungnya, karena sang anak merasa tersinggung dengan campur tangan ayah, maka sang anak dengan emosinya mencekik leher ayahnya sampai meninggal. (Liberty, 2004;54-55).
Di media cetak lain, yaitu dalam surat kabar Nyata diberitakan bahwa seorang anak telah membunuh ibu kandungnya dengan cara membakarnya selama tiga hari hanya karena kesal pada perlakuan ibunya yang terus menerus mengontrol menu dan porsi makannya, yang sebetulnya demi untuk kesehatan dia sendiri (Nyata, 2004;52).
Ini adalah contoh sikap seorang anak durhaka yang tak sepantasnya memperlakukan orangtuanya seperti itu, mengucapkan kata "ah" saja tidak boleh apalagi membunuhnya. Firman Allah dalam QS. Al-Isra' ayat 23:
وقضىربك الاتعبدوا الاياه وبالوالدين احسانا اما يبلغن عندك الكبر احد هما او كلهما فلا تقل لهما اف ولا تنهر هما وقل لهما قولا كريما (الإسراء : 23)

Artinya :"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (Departemen Agama, 1990:42 7).

Orangtua pada waktu berusia lanjut tidak bisa apa-apa itu seharusnya dilindungi, dipelihara, diberi kasih sayang, dan diberi nafkah jikalau sudah tidak mampu mencari nafkah sendiri.
Ayah dan ibu adalah dua orang tua yang sangat berjasa kepada kita. Lewat keduanya kita lahir di dunia ini. Do'a dan kutukannya manjur. Keduanya juga menjadi sebab seorang anak dapat masuk surga.

Anak adalah amanah dari Allah yang harus dipelihara dan dididik dengan baik. Ini adalah tugas orangtua selaku pendidik yang pertama kali dan sebagai dasar perilaku anak selanjutnya. Artinya, orangtua wajib bertanggung jawab menyiapkan putra-putrinya dengan mendidik dan mengarahkan menuju kehidupan yang baik. Anak juga diberi pengertian bagaimana hak-hak mereka atas orang tuanya dan hak-hak orangtuanya atas dirinya. Al Qur'an merupakan pedoman hidup clan petunjuk bagi manusia, agar manusia tidak tersesat dalam menjalani kehidupannya.
Melihat fenomena ini, sudah barang tentu kita semua merasa prihatin dengan gejala-gejala negatif yang terjadi. Padahal Al-Qur'an tidak mengajarkan untuk berbuat kejelekan akan tetapi selalu memerintahkan untuk berbuat kebaikan kepada sesama makhluk Allah, terutama kepada orangtua seperti tercantum dalam ayat 15 Surat Al-Alqaf :


Artinya : "Kami wasiatkan (wajibkan) kepada umat manusia supaya berbuat baik akepada dua orang ibu dan bapak.". (Departemen Agama; 1990:824).
Al-Qur'an merupakan sumber dan pedoman yang pertama dalam membentuk akhlakul karimah, sedangkan sumber yang kedua adalah Sunnah. Manusia diciptakan Allah mempunyai tugas-tugas sendiri yang berupa Hablun Minallah dan Hablun Minannas, maka akhlaklah yang mempunyai kedudukan terpenting dalam menjaga hubungan tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai wacana ini dalam sebuah skripsi yang berjudul : "NILAI-NILAI DASAR PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL QUR'AN". Di dalam Al Qur'an banyak ayat yang berbicara tentang akhlak kurang lebih 1500 ayat, di antaranya yaitu surat An-Nahl 90, Al-Ahzab 21, An-Nur 27-29, Al-Baqarah 283, AI-Maidah 1-8, Al-Ahqaf 15, Al-Isra' 23 dan sebagainya. Dan ayat Al Quran yang berkaitan dengan akhlak terhadap keluarga kususnya terhadap kedua orang tua yaitu; surat An-Nisa' 36, surat Al-An'am 151, surat Al-Isro' 23, surat Al-ahqaf 15, surat Al-ankabut 8, dan surat Al-Luqman 14.

B.  RUMUSAN MASALAH
Dalam kajian ini ada bebrapa masalah yang menjadi fokus utama yang akan di bahas yaitu:
1.     Apa konsepsi nilai-nilai dasar pendidikan akhlak dalam surat Al-Ahqaf ayat  15?
2. Bagaimanakah Implementasi secara umum konsepsi nilai-nilai dasar pendidikan akhlak dalam surat Al- Ahqaf  ayat 15?

C. TUJUAN KAJIAN
Tujuan ini sebagai mana tercermin dalam rumusan masalah, dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
1. Untuk menemukan konsepsi mengenai nilai-nilai dasar pendidikan akhlak dalam Surat Al-Ahqaf 15.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi konsepsi nilai-nilai dasar pendidikan akhlak dalam surat Al-Ahqaf ayat 15.

D. KEGUNAAN KAJIAN
Hasil dari kajian yang akan di laksanakan ini, di harapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Teoritis
1.     Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan di STITMA Tuban khususnya dan masyarakat pada umumnya.
2.     Untuk pengembangan teori nilai-nilai dasar pendidikan akhlak terutama yang terdapat dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15.
b. Teoritis
Untuk memberi masukan kepada pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya untuk di ambil pelajaran mau'idhah hasanah atau suri tauladan yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar pendidikan akhlak.

E. METODE KAJIAN
Jenis kajian ini adalah kajian penelitian pustaka (Library Research), yaitu penelitian yang obyek utamanya buku-buku dan tulisan-tulisan yang telah di publikasikan.(Sutrisno Hadi,2000:9)
Sumber yang diambil dalam kajian ini adalah dari A1 Quran dan sumber lain yang berkaitan dengan permasahan ini.

F. DEFINISI ISTILAH
1. Nilai-nilai Dasar
Menurut Ibnu Mizan pada hakikatnya nilai-nilai dasar yaitu merupakan roh dari segala aspek perbuatan manusia yang diimplementasikan lewat gerak dan langkahnya sehingga menjelma dan menciptakan nilai-nilai secara alami.
المؤسسة الغطيمة مخ الحركة وروح العبادة منا سبة على كل يعمل على شاكته.
Artinya : Nilai-nilai dasar positif itu merupakan otak dan dasar muara dari sebuah perbuatan yang sekaligus merupakan roh dari suatu ibadah dari gerak langkah yang dilakukan dan diperankan oleh manusia itu sendiri.
Mengilhami dari pendapat di atas amat sangat jelas bahwa nilai-nilai dasar merupakan penjelmaan dan pencerminan tingkah laku dan gerak langkah setiap manusia dalam segala hal dan dinamikanya.
2. Pendidikan Ahlaq
Dalam bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata "didik" yang mendapatkan konfiks pe-an, menurut kamus besar Bahasa Indonesia bahwa kata pendidikan berarti perubahan sikap atau prilaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Anton, dkk. 1990 : 204)
Menurut Ahmad Tafsir (1990 : 6) bahwa pendidikan adalah merupakan usaha/ihtiar untuk meningkatkan diri dalam segala aspek.
Sedangkan menurut M. Arifin (1975 : 14) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah merupakan ihtiar manusia untuk membentuk dan mengarahkan fitrahnya supaya berkembang sampai titik maksimal untuk dapat dicapai sesuai dengan tujuan dan cita-citanya.
Mengilhami dari pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang itu mempunyai keinginan besar yang didorong dengan optimisme dan himah yang tinggi maka pasti akan bisa dan mendapatkan hasil yang maksimal, bagaikan dapat merobohkan sebuah gunung besar. Hal ini dapat lihat dari hadits Rasulullah SAW.
همة الرجال تهدم الجبال (الحديث)
Artinya : Cita-cita seorang laki-laki itu seakan dapat merobohkan gunung.
Sedangkan ahlaq menurut Al-Ghozali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
فالخلق عبارة عن هيئته فى النفس راسخة عنها ان تصدر الأفعال بسهولة ويسمرمن يرال فكرورؤية
 3. Perspektif Al-Qur'an
Perspektif dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti dan sudut pandang tersendiri yaitu pandangan, secara mum (Depdiknas, 1989: 675).
Sedangkan Al-Qur'an menurut arabnya adalah Kitab Suci yang diwahyukan Allah SWT lewat malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rohmat, petunjuk dan tuntunan bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya. (Hasanuddin Rozaq, 1993 : 24).
Kongkritnya, Al-Qur'an adalah merupakan kitab suci bagi umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, untuk ditujukan bagi kita sebagai pedoman hidup dan sumber petunjuk kebenaran. Jadi untuk mengintegrasikan dari rangkaian dan rantai-rantai kalimah tersebut sehingga teraspirasi menjadi sebuah judul di atas yaitu sebuah usaha, ihtiar dan upaya pembinaan pendidikan akhlaq berdasarkan norma-norma akhlaq yang bersumber dan bermuara dari kitab suci Al-Qur'an dan Hadits Nabi sebagai pedoman dan petunjuk yang benar untuk hidup dan kehidupan manusia.

Ingin mendapatkan skripsi selengkapnya hubungi 081553443171

No comments:

Post a Comment