BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat efektif
untuk mengembangkan kemampuan serta mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal
tersebut selaras dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di dalam
Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional.[1]
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan.[2]
Pendidikan merupakan institusi
pembinaan anak didik yang memiliki latar belakang sosial budaya dan psikologis
yang berbeda dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan. Banyak anak yang
menghadapi masalah dan sekaligus mengganggu tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan. Masalah yang dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya, masalah
pribadi, sosial, ekonomi, agama, dan moral serta belajar dan vokasional. Masalah-masalah
tersebut seringkali menghambat kelancaran proses belajar dan perkembangan
perilaku anak didik.[3]
Pada masyarakat yang semakin maju,
masalah penentuan identitas atau jati diri pada individu menjadi semakin rumit.
Hal ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat maju pada anggota-anggotanya
menjadi lebih berat. Persyaratan untuk dapat diterima menjadi anggota masyarakat bukan saja
kematangan fisik, melainkan juga kematangan mental, psikologis, kultural, vokasional,
intelektual dan religius. Kerumitan ini akan terus meningkat pada masyarakat
sedang membangun sebab perubahan cepat yang terjadi pada masyarakat dan semakin
derasnya arus globalisasi komunikasi, akan merupakan tantangan pula bagi
individu atau peserta didik. Keadaan seperti inilah yang menuntut diadakannya
bimbingan dan konseling di sekolah.[4]
Bimbingan dan konseling merupakan
salah satu komponen dari pendidikan kita. Mengingat bahwa bimbingan dan
konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada
individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutunya. Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa
pendidikan itu merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi-potensinya (bakat, minat dan kemampuan). Kepribadian
masyarakat menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuannya
meliputi masalah akademik dan ketrampilan.
Lembaga pendidikan yang disebut
Madrasah Tsanawiyah adalah madrasah dengan ciri khas agama Islam yang diselenggarakan
oleh Departemen Agama. Di Madrasah Tsanawiyah diadakan bimbingan dan konseling
untuk mencapai kesejahteraan siswa.
Dalam perkembangannya anak didik
sebagai individu sedang dalam proses berkembang atau menjadi (become)
yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan
tersebut, anak didik memerlukan bimbingan karena mereka masih memiliki
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya. Disamping terdapat suatu keniscayaan bahwa proses
perkembangan individu tidak berlangsung secara mulus atau steril dari masalah.[5]
Perkembangan kemampuan siswa secara
optimal untuk berkreasi, mandiri,
bertanggung jawab dan memecahkan masalah merupakan tanggung jawab yang
besar dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu pemahaman potensi pribadi
sangat penting untuk perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh jasmani dan
rohaninya, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal. Di samping itu
dalam perkembangannya siswa seringkali menghadapi masalah yang tidak mampu
dipecahkan sendiri. Untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang dihadapi
seringkali siswa memerlukan bantuan profesional dan sekolah harus dapat menyediakan
layanan profesional yang dimaksud dengan layanan bimbingan dan konseling.[6]
Bimbingan merupakan bantuan khusus
yang diberikan kepada anak didik dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan
dan kenyataan-kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka
perkembangan yang optimal, sehingga mereka dapat memahami diri dan bertindak
serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Bimbingan dan konseling ini sebagai
wadah untuk mengarahkan remaja untuk menjadi lebih baik dan kreatif. Pelayanan
bimbingan merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan sekolah dan telah
dilaksanakan sejak kurikulum 1975, yang baru ialah bahwa dalam kurikulum
pendidikan Dasar, landasan program dan pengembangan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1993) secara eksplisit dinyatakan bahwa pelayanan bimbingan ini
mencakup juga bimbingan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang
luar biasa.[7]
Proses perkembangan itu tidak selalu
berjalan dengan mulus atau searah dengan potensi, harapan, dan nilai-nilai yang
dianut karena banyak faktor yang menghambatnya. Faktor penghambat yang bersifat
eksternal yaitu berasal dari lingkungan yang kurang kondusif. Ini bisa
menjadikan perilaku yang menyimpang pada remaja/anak didik. Iklim lingkungan
yang tidak sehat ini, cenderung menimbulkan dampak yang kurang baik bagi
perkembangan anak didik dan sangat mungkin akan mengalami kehidupan yang tidak
nyaman stress dan depresi. Dalam kondisi yang seperti ini, banyak remaja atau
anak didik yang merespon dengan sikap dan perilaku menyimpang dan bahkan
amoral, seperti komunitalitas, meminum minuman keras, penyalah gunaan obat
terlarang, tawuran dan pergaulan bebas.[8]
Permasalahan yang dialami anak didik
di sekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik
sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber permasalahan
siswa tidak hanya terletak di dalam sekolah. Apalagi misi sekolah adalah
menyediakan pelayanan yang luas secara
efektif untuk membantu anak didik mencapai tujuan perkembangannya dan mengatasi
permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan
sekolah perlu diarahkan ke sana. Di sinilah dirasakan perlunya pelayanan
bimbingan dan konseling di samping pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas,
bimbingan dan konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua siswa murid
yang mengacu pada keseluruhan perkembangan anak didik.
Berdasarkan dari alur latar belakang
di atas, maka penulis berkeinginan untuk meneliti lebih jauh yang dituangkan
dalam judul skripsi “Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap
Perkembangan Perilaku Anak Didik di MTs. ”
B. Alasan Pemilihan Judul
Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa alasan
yang mendorong penulis untuk memilih judul tersebut.
1. Peranan pelaksanaan bimbingan dan
konseling sangat diperlukan dalam membantu meningkatkan perkembangan perilaku
anak didik.
2. MTs. sangat memperhatikan aktivitas perilaku siswa, sehingga berbagai
usaha dilakukan sekolah terutama oleh guru bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan perilaku yang baik bagi anak didik.
3. Untuk mengetahui seberapa jauh
pelaksanaan bimbingan dan konseling mempengaruhi perkembangan perilaku anak,
sebagai tambahan bekal untuk melaksanakan tugas dimasa mendatang.
C. Penegasan Istilah
Sebelum menganalisis lebih lanjut,
penulis ingin menegaskan terlebih dahulu istilah judul diatas. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pembahasan masalah dan
lebih terfokusnya pembahasan pada intinya.
Adapun istilah-istilah yang kiranya
perlu ditegaskan adalah sebagai berikut :
1.
Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari
sesuatu (orang atau benda dan sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan.[9]
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah perbuatan melaksanakan[10]
3.
Bimbingan
Bimbingan adalah bantuan
pertolongan yang diberikan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan
dalam hidupnya agar supaya individu atau seorang individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya.[11]
4.
Konseling
Konseling
adalah bantuan yang diberikan kepada anak didik atau individu dalam
menyelesaikan masalah hidupnya melalui
wawancara sehingga tercapai kesejahteraan hidupnya.[12]
Hal ini mengandung pengertian bahwa pelaksanaan
bimbingan dan konseling di MTs. dalam memberikan layanan harus dilakukan dengan
kesadaran dan tanggung jawab melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan
konsultasi agar pesrta didik mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
5.
Perkembangan Perilaku
Perkembangan
adalah proses menuju berkembang yang mengarah pada peningkatan atau kemajuan
atau kematangan.[13]
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan.[14]
Jadi perkembangan perilaku adalah proses menuju
berkembang yang mengarah pada kematanagn tingkah laku anak didik. Dari beberapa
pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud judul skripsi ini
adalah bagaimanakah pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap
perkembangan perilaku anak didik di MTs .
D. Perumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
:
1.
Bagaimana pelaksanaan bimbingan
dan konseling di MTs ?
2.
Bagaimanakah perkembangan perilaku
anak didik di MTs?
3. Adakah pengaruh pelaksanaan
bimbingan dan konseling terhadap perkembangan perilaku anak didik di MTs .
E.
Tujuan Penulisan Skripsi
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan
skripsi ini adalah :
1.
Untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan bimbingan dan konseling di MTs .
2.
Untuk mengetahui bagaimana
perkembangan perilaku anak didik di MTs .
3. Untuk mengetahui bagaimana peranan
bimbingan konseling dalam ikut serta membentuk perkembangan perilaku anak didik
MTs .
F.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban
sementara yang mungkin benar dan mungkin juga salah. Dan untuk membuktikan
kebenarannya, dibutuhkan penelitian. Menurut M. Nazir hipotesis adalah
pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana
adanya pada saat fenomena dikenal dari dasar kerja serta panduan dalam
verifikasi. [15]
Hipotesis penulis dalam penelitian
ini dapat diduga adanya hubungan yang signifikan antara peran bimbingan
konseling dengan perkembangan perilaku anak didik.
G.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah
penelitian lapangan atau kancah, maka menggunakan jenis penelitian field research
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
1.
Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian.
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada diwilayah penelitian,
maka penelitian tersebut merupakan penelitian populasi, atau dengan kata lain
populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan
diduga.[16]
Menurut Suharsimi Arikunto bahwa apabila subyek
penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sedangkan jika obyek
penelitiannya 100 atau lebih, maka diambil 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau
lebih.[17]
Karena populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 siswa, maka jumlah
populasi diambil semua yaitu 37 siswa. Jadi penelitian ini dinamakan penelitian
populasi.
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang
mempunyai bermacam-macam nilai.[18]
Sedangkan variabel penelitian ini adalah.
1.
Variabel bebas (independent),
dengan indikator :
a.
Layanan bimbingan dan konseling.
b.
Membantu siswa yang bermasalah.
2.
Variabel terikat (dependent),
dengan indikator :
a.
Perkembangan perilaku anak didik.
b.
Disiplin anak didik dalam mentaati
peraturan.
c.
Pengembangan potensi anak didik.
3.
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a.
Library Research (riset
kepustakaan)
Penelitian perpustakaan bertujuan untuk mengumpulkan
data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang
perpustakaan.[19] Artinya
tujuan penelitian adalah untuk menggali teori-teori dann konsep yang telah
dikemukakan para ahli terdahulu. Mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang
yang akan diteliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat
teoritis dari kajian pustaka, teori-teori pendukung untuk digunakan menjadi
landasan teori yang berkaitan dengan kajian penelitian.
b.
Field Research (riset Lapangan)
Penelitian lapangan pada hakekatnya merupakan metode
untuk menemukan secara khusus dan realitas apa yang terjadi pada suatu saat di
tengah obyek penelitian.[20]
Untuk memperoleh data penelitian penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1)
Metode Observasi
Metode obserrvasi adalah pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.[21]
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi umum
Madrasah Tsanawiyah .
2)
Wawancara (interview)
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dan
terwawancara suatu masalah tertentu.[22]
Metode ini akan digunakan untuk memperoleh informasi dari responden pengurus madrasah,
Kepala Sekolah, staf guru MTs tentang
gambaran umum Madrasah dan kondisi siswanya.
3)
Angket/ Quesioner
Angket yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan
pertanyaan tertulis untuk diisi oleh
responden sesuai dengan pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dan responden dalam arti laporan individunya atau hal-hal yang
diketahui.[23] Metode
ini digunakan untuk memperoleh informasi dari responden seluruh anak didik MTs .
4)
Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dan
penyelesaian data dengan observasi tidak langsung. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan sejumlah besar data yang tersedia seperti kondisi umum sekolah,
bagan/struktur organisasi sekolah, kegiatan bimbingan dan konseling, keadaan
guru, siswa, karyawan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan variabel
penelitian.
4. Analisis Data
Setelah mendapat data penulis harapkan terkumpul untuk
selanjutnya data-data dianalisis sistematis. Sedangkan pengertian statistik
sebagaimana dikemukakan oleh Anas Sudjiono adalah data angka yang dapat
memberikan gambaran mengenai keadaan, peristiwa akan gejala tertentu.
a.
Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan merupakan langkah awal yang
dilakukan dalam penelitian dengan cara memasukkan hasil pengolahan data angket
responden ke dalam data tabel distribusi frekuensi.[24]
Di dalam analisis pendahuluan ini akan menggambarkan
data tentang pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling serta perkembangan
perilaku anak didik melalui pemberian angket. Pengolahan angket akan penulis
lakukan melalui kegiatan perskoran pada tiap item dari angket responden dengan
menggunakan standar sebagai berikut :
1)
Untuk pilihan jawaban a diberi
skor 4.
2)
Untuk pilihan jawaban b diberi
skor 3.
3)
Untuk pilihan jawaban c diberi
skor 2.
4)
Untuk pilihan jawaban d diberi
skor 1.
Hasil dari tahap ini dimasukkan dalam tabel distribusi untuk memperoleh
gambaran setiap yang dikaji.
b.
Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini merupakan jenis analisis yang bertujuan untuk
menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Adapun tekniknya dari hasil
analisis lebih lanjut dengan menggunakan statistik.
Dalam hal ini pelaksanaan bimbing dan konseling
merupakan variabel x dan perkembangan perilaku anak didik merupakan variabel y,
maka dapat disimpulkan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan akan
menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar karena sampel dan jumlah
respondennya sehingga teknik perhitungannya berdasar skor aslinya. Adapun
rumusnya sebagai berikut :
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi product moment x dan y
x : Variabel
pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling
y : Perkembangan perilaku anak didik
N : Jumlah sampel
∑ : Sigma jumlah
c.
Analisis Lanjut
Analisis ini merupakan data lebih lanjut dari hasil
hasil nilai kualitatif analisis
sebelumnya, yakni membandingkan besarnya “r” observasi “ro” dengan “r” tabel
dengan taraf signifikan 1 % dan 5 %. Jika “ro” sama dengan atau lebih besar
dari “r”, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, sehingga interpretasinya
adalah ada pengaruh yang sedang/ cukup signifikan antara pelaksanaan bimbingan
dan konseling dengan perkembangan perilaku anak didik.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam
penulisan skripsi ini sistematikanya adalah sebagai berikut :
1.
Bagian Muka
Pada
bagian muka berisi : halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
2.
Bagian isi
Pada bagian isi ini memuat lima bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan
penulisan skripsi, hipotesis penulisan, metode penelitian, sistematika
penulisan skripsi.
Bab II : Landasan Teori
Landasan teori ini akan membahas tentang pertama:
bimbingan koseling yang meliputi: pengertian, fungsi, tujuan dan asas-asas
bimbingan konseling, bidang bimbingan dan konseling, jenis-jenis layanan,
faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan dan koseling, teknik bimbingan dan
konseling. Kedua: perkembangan perilaku anak yang meliputi pengertian,
faktor-faktor yang mempengaruhi, fase perkembangan, tugas-tugas perkembangan
perilaku, Ketiga: hubungan antara pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap
perkembangan perilaku anak didik.
Bab III : Laporan
hasil penelitian yang meliputi :
1.
Gambaran umum lokasi penelitian
yang meliputi letak geografis, sejarah beridirnya, struktur organisasi, keadaan
guru/karyawan dan siswa, sarana dan prasarana.
2.
Data hasil penelitian tentang
pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan perilaku anak didik
Bab IV : Analisis Data
Dalam bab ini memuat analisis data yang diperoleh
dari penelitian yang meliputi analisis pendahuluan, analisis hipotesis, dan analisis
lanjutan tentang pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam membentuk
perkembangan perilaku anak didik.
Bab V : Penutup
Merupakan bab terakhir yang berisikan
kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran serta kata penutup.
3.
Bagian Akhir
Bagian akhir terdiri dari daftar
pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat pendidikan penulis.
[1]Undang-Undang RI, No. 20, Tahun 2003, Sistem
Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, 2003.
[2]Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 28.
[3]Latipun, Psikologi Koseling, Universitas
Muhammadiyah Malang, 2001, hlm. 181.
[4] Dewa Ketut Sukardi, Op. cit, hlm. 1
[5]Syamsu Yusuf, LN, Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 209.
[6]Prayitno dan Erma Nanti, Dasar-dasar Bimbingan dan
Koseling, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 4.
[7]Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak
Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 268.
[8] Syamsu Yusuf, Op.cit., hlm.210
[9]WJS. Purwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta, Balai Pustaka, 1982, hlm. 731.
[10]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988, hlm. 554.
[11]Bimo Walgito, Bimbingan dan P enyuluhan di Sekolah,
Yayasan FPSI UGM Yogyakarta, 1988, hlm. 10.
[12]Soetjipto dan Rafles Kosasi, Profesi Keguruan, Rineka
Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 63.
[13]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Rosda Karya, Bandung, 1999,
hlm. 14.
[14]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.cit. hlm.
755.
[15] M. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1985, hlm.182.
[16]Masri Singarimbun dan Sapta Efendi, Metode
Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1985, hlm. 108.
[17]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 20.
[18]Moh. Nazir, Op.cit., hlm. 149.
[19]Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial,
Mandor Maju, Bandung, 1990, hlm. 33.
[20]Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (Ed), Metode
Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1989, hlm. 70.
[21]Kartini Kartono, Op.cit., hlm. 32.
[22]Suharsimi Arikunto, Op.cit., hlm. 145.
[23]Ibid., hlm.140.
[24] Sutrisno Hadi, Statistik II, YP Psikologi UGM,
Yogyakarta, 1987, hlm.206.
No comments:
Post a Comment