BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penguasaan
kemampuan Bahasa Inggris (language skill)
merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dimiliki di era komunikasi
dan globalisasi saat ini.
Pembelajaran Bahasa Inggris (Language Learning) di jenjang SMP merupakan materi pokok sebagai bagian
dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, teknologi
dan seni yang diharapkan setelah
menamatkan studi,
Mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi
individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang.
Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan berbahasa,
yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu
didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema sebagai
alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Writing (menulis)
merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa
Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti mengingat kemampuan menulis (writing ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan
kosa kata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi
sebuah teks yang berterima. Perbedaan secara grammatical antara bahasa
Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering timbul pada saat belajar menulis. Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah
retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis
secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan
sehari-hari dalam teks berbentuk procedure
dan report adalah salah satu Kompetensi
Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas IX
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pembelajaran mengungkapkan
makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan
ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam
konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure telah penulis lakukan secara klasikal. Dalam
pembelajaran tersebut penulis menjelaskan
materi pokok yang terdapat dalam indikator sebagai berikut :
-
Menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure.
Dalam kegiatan inti
pembelajaran, siswa biasanya diberi contoh teks monolog berbentuk procedure dan siswa diminta untuk
mencari arti dari teks tersebut yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat
yang benar. Proses pembelajaran seperti itu sudah biasa dilakukan oleh penulis dan
ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai yang diharapakan dan siswa masih dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penulis
memperoleh data dari hasil pengamatan melalui refleksi yang dilakukan bahwa
siswa terlihat pasif, bosan dan bahkan ada beberapa siswa yang mengeluh tidak
percaya diri dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Mereka tentunya kesulitan
dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini sangat mengundang
pertanyaan dan asumsi bahwasannya metode pembelajaran tersebut tidak berhasil
(gagal) dan cenderung tidak efektif.
Setelah mengamati uraian
di atas, dapat dilihat
sebuah
gambaran kegagalan terhadap hasil dan proses belajar dan hal
tersebut merupakan masalah yang harus segera diatasi. Sebagai upaya memperbaiki kegagalan tersebut penulis
berusaha mencari metode dan strategi
pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar bahwa
di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan
inovatif. Guru harus mampu mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok
yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tetapi guru harus jadi seorang
fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.
Setelah mengikuti pelatihan
guru melalui MGMP BERMUTU (Better
Education Through Reformed Management and Universal Teachers Upgrading)
yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Banjar, serta pengalaman
penulis saat mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan, penulis mencoba menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning dan pendekatan Cooperative Learning
dengan
menggunakan model pembelajaran Make a Match.
Penulis
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, “Upaya Peningkatan Kemampuan
Siswa Menulis Teks Berbentuk
Procedure Melalui Model Pembelajaran Make a Match
di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar”
1.2.Perumusan
Masalah dan Pemecahan Masalah
1.2.1.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang diangkat
dalam penelitian ini adalah: ”Apakah melalui Penggunaan Model
Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan
Kemampuan Siswa Untuk Menyusun Teks Berbentuk
Procedure di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar?”
1.2.2. Pemecahan Masalah
Terdapat tiga macam
modalitas belajar yang digunakan
oleh seseorang dalam pembelajaran, yaitu pemrosesan informasi, dan komunikasi
(DePorter, dkk, 2000).
Senada dengan yang diungkapkan oleh
Tim Power Brain Indonesia dalam situsnya menyatakan
bahwa secara ilmiah sudah diketahui
bahwa dalam hal penyerapan informasi
tersebut manusia dibagi menjadi 3 bagian;
manusia visual, yang mana ia akan secara optimal
menyerap informasi yang dibacanya/ dilihatnya;
manusia auditorik, di mana informasi yang
masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap
secara optimal; dan manusia kinestetik, di
mana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila
informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu
“dicontohkan” atau ia membayangkan orang
lain tersebut melakukan hal tadi (http://www.medikaholistik.com).
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mencoba model pembelajaran Make a Match atau mencocokkan kartu yang
berisi kalimat acak menjadi sebuah teks yang berterima. Model Pembelajaran Make a Match merupakan implementasi dari
Metode Contextual Teaching and Learning
(CTL). Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi
(2004: 148-149) kunci dalam pembelajaran kontekstual adalah; (1) real word
learning; (2) mengutamakan pengalaman nyata; (3) berpikir tingkat tinggi; (4) berpusat pada
siswa; (5) siswa aktif, kritis dan kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam
kehidupan; (7) pendidikan atau education bukan pengajaran atau instruction; (8) memecahkan masalah; (9) siswa akting, guru mengarahkan, bukan guru akting,
siswa menonton; (10) hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya
dengan tes.
Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual
memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar
dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber,
siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran
dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat
dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang dilakukan
secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.
1.3.Tujuan
Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyusun teks
procedure.
2.
Mengembangkan
strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien dan
menyenangkan.
3.
Siswa dapat
melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan
gagasan, pendapat dan perasaannya dengan
sederhana
secara tertulis.
1.4.Manfaat
Penelitian
a.
Manfaat bagi Peneliti
1.
Mengembangkan
model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan
yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa
Inggris untuk meningkatkan kompetensi menulis siswa.
2.
Membantu
memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar.
3.
Membantu dalam
penyusunan karya ilmiah untuk dijadikan penilaian guna mendapatkan tunjangan
sertifikasi guru/pendidik
dan
meningkatakan kualitas profesionalisme guru.
b.
Manfaat Bagi Siswa
1.
Meningkatkan
kemampuan siswa mengungkapkan makna
dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam
bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam
konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure
2.
Meningkatkan
rasa senang dan motivasi belajar.
3.
Meningkatkan
kepercayaan diri siswa dalam menulis
teks sederhana
4.
Meningkatkan
kompetensi menulis
dan prestasi belajar
Bahasa Inggris.
c.
Manfaat Bagi Sekolah
Melalui model pembelajaran make
a match membantu memperbaiki pembelajaran Bahasa Inggris di SMP Pasundan Banjar
1.5.Definisi Operasional
Sebagai
upaya memperjelas pemahaman dalam penelitian demi menghindari kesalahan dalam
penyusunan penelitian, di bawah
ini adalah penjelasan mengenai definisi operasional yang digunakan penulis.
1.3.1.
Kemampuan siswa dalam menyusun teks
Siswa
mampu mengimplementasikan ide dan gagasannya dalam menyusun kalimat acak
menjadi teks yang padu berbentuk procedure.
1.3.2. Procedure
text
Teks procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langkah- langkah/metoda/cara-cara melakukan
sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38).
1.3.3.
Model Pembelajaran Make a Match
Penerapan model
pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta mencari pasangan kartu
yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya diberi poin.
1.6.Batasan Masalah
Permasalahan
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada perbaikan kualitas
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make
a Match yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam
menyusun teks Bahasa Inggris berbentuk procedure.
No comments:
Post a Comment